Di Negeri baru itu mereka cepat menyesuaikan diri dengan budaya setempat dan serta merta meninggalkan budaya batak Tapanuli Utara. Bahkan mereka menjadi penganut Agama Islam yang fanatik didaerah baru tersebut. Akibat eksodusnya para pemimpin Agama Islam dari daerah ini, kian tahun kian berkurang pulalah penganut agama Islam, dan perosesnya cepat sekali dalam waktu yang relatif singkat sudah menuju kepunahan, Proses dipercepat lagi dengan semakin int4nsifnya gerakan missionaris Keristen Batak Protestan dengan dana dan Organisasi yang kuat membuat sekolah-sekolah Missi disemua pelosok Tapanuli Utara. Putera Puteri Islam yang dididik pada sekolah sekolah misi tersebut tidak sanggup mempertahankan agamanya, akhirnya berpindah agama menjadi penganut agama Kristen Protestan. demikian lah halnya sampai jaman kemerdekaan.
Hal nyang sama juga dialami oleh umat Islam di Kecamatan lainnya. Namun, pada umumnya ummat Islam diluar kecamatan pahae julu tersebut masih dapat perhatian muballigh dan lembaga-lembagadakwah dari luar Tapanuli Utara. Ummat Islam Pahae Jae misalnya, Mendapat siraman dakwah dari juru Da'i Muhammadiah Sipirok Tapanuli Selatan. Ummat Islam Tarutung dan sekitarnya, Mendapat penanganan dari Sibolga Tapanuli Tengah. Ummat Islam Pakkat dan Parlilitan dari juru-juru Da'i Muhammadiah Barus dan Muballig dari Singkil melalui Salak Dairi, Sedangkan para Muballigh dari Asahan mendatangi Ummat Islam Toba Holbung dan sekitarnya,
Apa yang kita lihat dikampung Peanornor saat ini adalah hasil perjuangan Ummat Islam Pahae Julu. Hasil dari rentetan demi rentetan perjuangan yang berkesinambungan, Perjuangan yang dirinti sejak lama oleh para pendahulu. Perjuangan yang mengalami gelombang pasang surut, kadang-kadang redup, bahkan kadang-kadang hampir sirna dihempas badai yang kemudian muncul kembali. (Baca Selanjutnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar