Dunia sains dan teknologi Timur Tengah kembali mendapat sorotan positif berkat kontribusi besar seorang tokoh asal Suriah, Profesor Oussama Khatib. Namanya tak asing di dunia robotika internasional, berkat karya-karya revolusionernya yang telah menginspirasi generasi baru ilmuwan Arab. Khatib menjadi salah satu figur penting yang membuktikan bahwa Suriah masih mampu melahirkan ilmuwan kelas dunia di tengah segala keterbatasan.
Profesor Khatib saat ini menjabat sebagai Direktur Laboratorium Robotika di Universitas Stanford, Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah OceanOne, robot humanoid canggih yang didesain khusus untuk menjelajah dasar laut. Teknologi ini tak hanya menjadi kebanggaan dunia Arab, tapi juga membawa terobosan penting dalam eksplorasi kelautan global.
Baru-baru ini, dalam ajang Great Arab Minds Award di Dubai, Profesor Khatib dianugerahi penghargaan sebesar 1 juta dirham. Namun, tanpa ragu ia menyatakan akan menyumbangkan seluruh hadiah itu untuk program konservasi laut. Baginya, pelestarian lingkungan samudra sama pentingnya dengan kemajuan teknologi, sebab keduanya saling menopang kelangsungan hidup manusia.
Langkah mulia ini sekaligus menjadi pesan moral dari seorang ilmuwan Suriah kepada dunia, bahwa ilmu pengetahuan harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial. Ia menekankan pentingnya menjaga ekosistem laut sebagai bagian vital dari keseimbangan planet ini, seraya tetap mendorong perkembangan teknologi ramah lingkungan.
Tak berhenti di situ, Profesor Khatib juga berencana membangun sebuah robotarium di Museum of the Future Dubai. Tempat ini diharapkan menjadi ruang interaksi bagi anak-anak dan generasi muda Arab untuk mengenal dan mengembangkan teknologi robotika sejak dini. Sebuah visi besar yang lahir dari keyakinan bahwa masa depan Timur Tengah bisa lebih cerah lewat penguasaan teknologi.
Dalam sambutannya di hadapan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Khatib menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan tersebut. Ia mengaku, selama berkarier di luar negeri, baru kali ini mendapat pengakuan sebesar itu dari dunia Arab. Momen ini baginya menjadi dorongan moral agar terus berkontribusi bagi komunitas akademik dan ilmiah di tanah kelahirannya.
Dengan lebih dari 327 karya riset internasional, Khatib menjadi pionir di bidang robotika modern yang konsisten mempromosikan potensi pelajar Arab di kancah global. Ia percaya, bakat-bakat muda Timur Tengah sebenarnya memiliki kemampuan yang tak kalah dengan negara-negara maju, hanya saja minim akses dan kesempatan.
Khatib tak pernah melupakan Suriah meski telah menetap puluhan tahun di Amerika. Dalam setiap kesempatan, ia menyebutkan keinginannya untuk suatu saat bisa berperan langsung membangun pusat riset robotika di kawasan Arab, termasuk di tanah kelahirannya. Ia ingin sejarah keemasan ilmuwan Arab di masa lalu bisa terulang di era modern.
Tokoh seperti Oussama Khatib menjadi contoh nyata bagaimana seorang ilmuwan dari kawasan konflik mampu bangkit dan memberikan kontribusi nyata bagi dunia. Tak hanya lewat teknologi, tetapi juga lewat kepedulian terhadap lingkungan dan pendidikan generasi muda.
Keberhasilan Khatib juga menjadi motivasi bagi mahasiswa Suriah dan Timur Tengah yang kini mulai banyak menaruh minat di bidang robotika dan kecerdasan buatan. Kampus-kampus di Beirut, Kairo, Amman, hingga Riyadh perlahan membuka program-program studi berbasis teknologi canggih, terinspirasi kiprahnya.
Khatib mengingatkan pentingnya dunia Arab memperkuat infrastruktur riset dan menyediakan ekosistem akademik yang kondusif. Ia meyakini, banyak anak muda Arab yang sebenarnya mampu menciptakan teknologi mutakhir, asal diberi ruang berekspresi dan fasilitas yang memadai.
Dukungan dari negara-negara Teluk seperti UEA, Qatar, dan Arab Saudi terhadap proyek teknologi belakangan ini menjadi sinyal positif bahwa kawasan ini siap bertransformasi menjadi pusat inovasi baru. Proyek robotarium di Dubai menjadi salah satu langkah awal yang akan membuka jalan bagi lahirnya lebih banyak ilmuwan robotika Arab.
Dalam wawancara bersama Gulf News, Khatib berharap penghargaan yang diterimanya bisa menginspirasi anak-anak muda Suriah untuk terus bermimpi dan berusaha. Ia ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah, dan bahwa dari kawasan yang pernah hancur pun bisa lahir gagasan-gagasan besar untuk umat manusia.
Perjalanan panjang Khatib di dunia akademik dan riset teknologi menjadi catatan penting dalam sejarah kontribusi ilmuwan Arab modern. Ia tak hanya berbicara soal robot dan kecerdasan buatan, tetapi juga soal nilai kemanusiaan dan tanggung jawab terhadap bumi.
Dengan tokoh seperti Khatib, masa depan robotika di kawasan Timur Tengah diyakini akan lebih maju. Visi, kepedulian, dan pengaruhnya akan mendorong munculnya pusat-pusat riset robotika baru di dunia Arab, yang kelak bisa bersaing dengan Silicon Valley atau Tokyo.
Kisah Khatib pun menjadi simbol kebangkitan kembali sains di Timur Tengah setelah sekian lama tertinggal akibat konflik politik. Semangatnya kini mulai menular ke kampus-kampus dan laboratorium di berbagai negara Arab.
Ke depan, dunia Arab diharapkan tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta solusi robotik untuk berbagai kebutuhan di bidang kesehatan, keamanan, hingga lingkungan. Semua itu bisa tercapai bila inspirasi dari tokoh-tokoh seperti Oussama Khatib terus ditanamkan ke generasi baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar