Pahae Julu

Pahae Julu

Breaking

Sabtu, 05 Juli 2025

Mengenal Sistem Parlemen India

Sabtu, Juli 05, 2025 0
Mengenal Sistem Parlemen India

Di tengah hingar bingar pemilu India 2024 yang baru saja berlalu, salah satu isu yang kembali mencuat adalah soal keterwakilan komunitas Muslim di parlemen negara itu. Meski umat Islam merupakan minoritas terbesar di India dengan populasi sekitar 14 persen dari total penduduk, jumlah wakil mereka di Lok Sabha justru mengalami penurunan drastis. Pada periode kali ini, hanya 24 anggota parlemen beragama Islam yang berhasil duduk di kursi legislatif pusat, jumlah terendah dalam enam dekade terakhir.

Lok Sabha yang memiliki total 543 kursi kini hanya menyisakan sekitar 4,4 persen perwakilan Muslim. Padahal jika mengikuti proporsi demografis, seharusnya angka tersebut bisa mencapai sekitar 70 kursi. Namun realitas politik India hari ini memperlihatkan betapa sulitnya komunitas Muslim untuk mendapat ruang di panggung kekuasaan nasional. Kondisi ini memunculkan banyak pertanyaan dari pengamat politik dan komunitas minoritas di India.

Salah satu faktor utama rendahnya jumlah wakil Muslim di parlemen India adalah sistem pemilu yang diterapkan. India menganut sistem first-past-the-post, di mana calon yang mendapat suara terbanyak di satu daerah pemilihan otomatis menjadi pemenang. Sistem ini membuat calon dari komunitas minoritas sulit unggul jika tidak memiliki dukungan lintas agama di daerah pemilihan yang mayoritas bukan Muslim.

Selain soal sistem, konsentrasi populasi Muslim yang tersebar di berbagai wilayah India juga turut menyulitkan. Kecuali di beberapa negara bagian seperti Uttar Pradesh, Bihar, Assam, Kerala, dan Jammu & Kashmir, jumlah pemilih Muslim di tiap daerah pemilihan umumnya minoritas. Kondisi ini membuat sulit bagi kandidat Muslim untuk menang jika tidak didukung partai-partai besar atau koalisi yang kuat.

Sayangnya, partai penguasa Bharatiya Janata Party (BJP) sama sekali tidak mencalonkan kandidat Muslim dalam pemilu 2024. Padahal BJP merupakan partai dengan kekuatan politik terbesar di India saat ini. Keputusan BJP ini bukan hal baru, sebab sejak beberapa pemilu terakhir partai nasionalis Hindu tersebut memang jarang memberi ruang bagi kader Muslim untuk maju sebagai calon legislatif.

Sementara partai-partai oposisi seperti Congress, Trinamool Congress (TMC), dan Samajwadi Party (SP) masih mengusung kandidat Muslim, namun jumlahnya tetap terbatas. Congress yang merupakan partai nasional utama hanya mengusung tujuh kandidat Muslim, sementara TMC yang berbasis di Benggala Barat mencalonkan lima orang. Sisanya berasal dari partai-partai regional di Kerala, Tamil Nadu, dan Jammu & Kashmir.

Meski demikian, beberapa tokoh Muslim berhasil mempertahankan kursi mereka, seperti Asaduddin Owaisi dari Hyderabad, satu-satunya wakil dari partai All India Majlis-e-Ittehad-ul Muslimeen (AIMIM). Owaisi dikenal vokal membela hak-hak minoritas Muslim di India. Ia menjadi salah satu suara penting di parlemen yang menyoroti berbagai kebijakan pemerintah pusat yang dinilai diskriminatif terhadap komunitas Muslim.

Di Jammu & Kashmir, wilayah mayoritas Muslim yang telah dicabut status otonominya sejak 2019, hanya tiga kandidat Muslim yang berhasil melaju ke parlemen. Mereka berasal dari partai National Conference dan satu dari jalur independen. Sementara di Uttar Pradesh, negara bagian terpadat di India, empat politisi Muslim berhasil duduk di parlemen berkat dukungan Samajwadi Party.

Tren menurunnya jumlah legislator Muslim ini disayangkan banyak pihak, mengingat umat Islam India memiliki kontribusi besar dalam sejarah kemerdekaan dan pembangunan negara itu. Dalam beberapa dekade pascakemerdekaan, perwakilan Muslim di parlemen sempat mencapai 9 hingga 10 persen, meski masih di bawah proporsi jumlah penduduknya. Namun sejak 1990-an, angka itu terus menurun seiring menguatnya politik identitas berbasis agama.

Selain itu, situasi polarisasi agama yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir turut memengaruhi pilihan politik masyarakat India. Banyak pemilih non-Muslim yang enggan mendukung kandidat Muslim, bahkan meskipun kandidat tersebut berasal dari partai sekuler. Akibatnya, banyak calon Muslim yang kalah tipis di daerah pemilihan campuran.

Yang menarik, pemilih Muslim India sendiri di beberapa daerah lebih memilih memberikan suara kepada kandidat non-Muslim yang dianggap mampu mengalahkan calon dari partai nasionalis Hindu. Langkah pragmatis ini diambil demi mencegah dominasi partai penguasa di daerah tersebut, meski harus mengorbankan keterwakilan dari komunitasnya sendiri.

Di tengah situasi ini, para politisi Muslim yang terpilih di parlemen menghadapi tantangan besar. Mereka harus memperjuangkan aspirasi komunitasnya di tengah parlemen yang didominasi partai-partai nasionalis Hindu. Apalagi, berbagai isu sensitif seperti kebijakan kewarganegaraan, pengaturan pernikahan antar agama, dan status Kashmir masih terus menjadi polemik nasional.

Sementara itu, beberapa lembaga survei dan organisasi hak asasi manusia telah menyuarakan kekhawatiran atas semakin menipisnya keterwakilan Muslim di parlemen India. Mereka menilai hal ini berpotensi memperburuk situasi politik minoritas di India, yang belakangan kerap mengalami diskriminasi sosial dan kekerasan sektarian.

Sejumlah analis politik menilai, situasi ini bisa berdampak jangka panjang terhadap hubungan sosial antaragama di India. Keterwakilan politik yang rendah dapat membuat komunitas Muslim merasa terpinggirkan dalam proses pengambilan keputusan di tingkat nasional. Kondisi ini dikhawatirkan akan memperdalam jurang perpecahan dan ketidakpercayaan antar kelompok di masyarakat.

Namun di sisi lain, ada pula yang berpendapat bahwa keterwakilan Muslim di parlemen bukan hanya soal jumlah, melainkan juga soal kualitas perjuangan dan keberanian menyuarakan aspirasi minoritas. Mereka menilai figur seperti Asaduddin Owaisi dan beberapa politisi muda Muslim lainnya bisa menjadi kekuatan moral baru di tengah parlemen yang semakin homogen.

Kondisi parlemen India saat ini seolah menjadi cerminan situasi politik identitas yang tengah menguat di berbagai belahan dunia. Keterwakilan minoritas, baik agama maupun etnis, menjadi isu yang kian penting di era demokrasi modern. Dan India, sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, kini menghadapi tantangan serius dalam menjaga keseimbangan representasi politik seluruh warganya.


Rabu, 25 Juni 2025

Oussama Khatib dari Suriah Inspirasi Industri Robotika di Timur Tengah

Rabu, Juni 25, 2025 0
Oussama Khatib dari Suriah Inspirasi Industri Robotika di Timur Tengah

Dunia sains dan teknologi Timur Tengah kembali mendapat sorotan positif berkat kontribusi besar seorang tokoh asal Suriah, Profesor Oussama Khatib. Namanya tak asing di dunia robotika internasional, berkat karya-karya revolusionernya yang telah menginspirasi generasi baru ilmuwan Arab. Khatib menjadi salah satu figur penting yang membuktikan bahwa Suriah masih mampu melahirkan ilmuwan kelas dunia di tengah segala keterbatasan.

Profesor Khatib saat ini menjabat sebagai Direktur Laboratorium Robotika di Universitas Stanford, Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang paling fenomenal adalah OceanOne, robot humanoid canggih yang didesain khusus untuk menjelajah dasar laut. Teknologi ini tak hanya menjadi kebanggaan dunia Arab, tapi juga membawa terobosan penting dalam eksplorasi kelautan global.

Baru-baru ini, dalam ajang Great Arab Minds Award di Dubai, Profesor Khatib dianugerahi penghargaan sebesar 1 juta dirham. Namun, tanpa ragu ia menyatakan akan menyumbangkan seluruh hadiah itu untuk program konservasi laut. Baginya, pelestarian lingkungan samudra sama pentingnya dengan kemajuan teknologi, sebab keduanya saling menopang kelangsungan hidup manusia.

Langkah mulia ini sekaligus menjadi pesan moral dari seorang ilmuwan Suriah kepada dunia, bahwa ilmu pengetahuan harus berjalan seiring dengan tanggung jawab sosial. Ia menekankan pentingnya menjaga ekosistem laut sebagai bagian vital dari keseimbangan planet ini, seraya tetap mendorong perkembangan teknologi ramah lingkungan.

Tak berhenti di situ, Profesor Khatib juga berencana membangun sebuah robotarium di Museum of the Future Dubai. Tempat ini diharapkan menjadi ruang interaksi bagi anak-anak dan generasi muda Arab untuk mengenal dan mengembangkan teknologi robotika sejak dini. Sebuah visi besar yang lahir dari keyakinan bahwa masa depan Timur Tengah bisa lebih cerah lewat penguasaan teknologi.

Dalam sambutannya di hadapan Sheikh Mohammed bin Rashid Al Maktoum, Khatib menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan tersebut. Ia mengaku, selama berkarier di luar negeri, baru kali ini mendapat pengakuan sebesar itu dari dunia Arab. Momen ini baginya menjadi dorongan moral agar terus berkontribusi bagi komunitas akademik dan ilmiah di tanah kelahirannya.

Dengan lebih dari 327 karya riset internasional, Khatib menjadi pionir di bidang robotika modern yang konsisten mempromosikan potensi pelajar Arab di kancah global. Ia percaya, bakat-bakat muda Timur Tengah sebenarnya memiliki kemampuan yang tak kalah dengan negara-negara maju, hanya saja minim akses dan kesempatan.

Khatib tak pernah melupakan Suriah meski telah menetap puluhan tahun di Amerika. Dalam setiap kesempatan, ia menyebutkan keinginannya untuk suatu saat bisa berperan langsung membangun pusat riset robotika di kawasan Arab, termasuk di tanah kelahirannya. Ia ingin sejarah keemasan ilmuwan Arab di masa lalu bisa terulang di era modern.

Tokoh seperti Oussama Khatib menjadi contoh nyata bagaimana seorang ilmuwan dari kawasan konflik mampu bangkit dan memberikan kontribusi nyata bagi dunia. Tak hanya lewat teknologi, tetapi juga lewat kepedulian terhadap lingkungan dan pendidikan generasi muda.

Keberhasilan Khatib juga menjadi motivasi bagi mahasiswa Suriah dan Timur Tengah yang kini mulai banyak menaruh minat di bidang robotika dan kecerdasan buatan. Kampus-kampus di Beirut, Kairo, Amman, hingga Riyadh perlahan membuka program-program studi berbasis teknologi canggih, terinspirasi kiprahnya.

Khatib mengingatkan pentingnya dunia Arab memperkuat infrastruktur riset dan menyediakan ekosistem akademik yang kondusif. Ia meyakini, banyak anak muda Arab yang sebenarnya mampu menciptakan teknologi mutakhir, asal diberi ruang berekspresi dan fasilitas yang memadai.

Dukungan dari negara-negara Teluk seperti UEA, Qatar, dan Arab Saudi terhadap proyek teknologi belakangan ini menjadi sinyal positif bahwa kawasan ini siap bertransformasi menjadi pusat inovasi baru. Proyek robotarium di Dubai menjadi salah satu langkah awal yang akan membuka jalan bagi lahirnya lebih banyak ilmuwan robotika Arab.

Dalam wawancara bersama Gulf News, Khatib berharap penghargaan yang diterimanya bisa menginspirasi anak-anak muda Suriah untuk terus bermimpi dan berusaha. Ia ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah, dan bahwa dari kawasan yang pernah hancur pun bisa lahir gagasan-gagasan besar untuk umat manusia.

Perjalanan panjang Khatib di dunia akademik dan riset teknologi menjadi catatan penting dalam sejarah kontribusi ilmuwan Arab modern. Ia tak hanya berbicara soal robot dan kecerdasan buatan, tetapi juga soal nilai kemanusiaan dan tanggung jawab terhadap bumi.

Dengan tokoh seperti Khatib, masa depan robotika di kawasan Timur Tengah diyakini akan lebih maju. Visi, kepedulian, dan pengaruhnya akan mendorong munculnya pusat-pusat riset robotika baru di dunia Arab, yang kelak bisa bersaing dengan Silicon Valley atau Tokyo.

Kisah Khatib pun menjadi simbol kebangkitan kembali sains di Timur Tengah setelah sekian lama tertinggal akibat konflik politik. Semangatnya kini mulai menular ke kampus-kampus dan laboratorium di berbagai negara Arab.

Ke depan, dunia Arab diharapkan tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga pencipta solusi robotik untuk berbagai kebutuhan di bidang kesehatan, keamanan, hingga lingkungan. Semua itu bisa tercapai bila inspirasi dari tokoh-tokoh seperti Oussama Khatib terus ditanamkan ke generasi baru.

Jumat, 28 Maret 2025

Mudik ke Tanah Batak: Jejak Sejarah Keluarga dan Islam yang Tersembunyi

Jumat, Maret 28, 2025 0
Mudik ke Tanah Batak: Jejak Sejarah Keluarga dan Islam yang Tersembunyi
Jakarta, Indonesia - Tradisi mudik, sebuah ritual tahunan yang tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri di Indonesia, menjadi momen yang sangat dinantikan oleh jutaan perantau. Bagi mereka yang merantau dari Jakarta dan memiliki kampung halaman di Tanah Batak, Sumatera Utara, mudik bukan hanya sekadar pulang kampung, tetapi juga kesempatan emas untuk menggali lebih dalam akar keluarga dan menelusuri jejak sejarah Islam yang mungkin tersembunyi di sana.

Tanah Batak, yang dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau dan kekayaan budayanya yang unik, menyimpan sejarah panjang yang menarik untuk diungkap. Selain warisan budaya Batak yang kental, jejak-jejak Islam juga dapat ditemukan di berbagai sudut wilayah ini, meskipun mayoritas penduduknya beragama Kristen. Mudik menjadi waktu yang tepat untuk memanfaatkan kesempatan ini, mengunjungi sanak saudara, dan menjelajahi peninggalan-peninggalan sejarah yang mungkin selama ini belum terjamah.

Salah satu cara paling efektif untuk memulai penelusuran sejarah keluarga adalah melalui tarombo, atau silsilah keluarga Batak. Tarombo bukan hanya sekadar catatan nama-nama leluhur, tetapi juga mengandung informasi penting mengenai asal-usul marga, hubungan kekerabatan, dan bahkan kisah-kisah perjalanan hidup para pendahulu. Saat berkumpul dengan keluarga besar di kampung halaman, luangkan waktu untuk berdiskusi dan mencatat informasi dari para tetua adat atau anggota keluarga yang memiliki pengetahuan mendalam tentang tarombo.

Selain tarombo, peninggalan keluarga juga dapat menjadi jendela menuju masa lalu. Foto-foto lama, surat-surat kuno, dokumen-dokumen penting, atau bahkan benda-benda pusaka keluarga dapat menyimpan cerita-cerita menarik tentang kehidupan generasi sebelumnya. Ajaklah anggota keluarga untuk berbagi cerita di balik setiap peninggalan tersebut. Siapa tahu, Anda akan menemukan fakta-fakta mengejutkan atau kisah-kisah inspiratif tentang perjuangan dan perjalanan hidup keluarga Anda.

Jangan lupakan juga bukti-bukti makam leluhur. Makam bukan hanya sekadar tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga saksi bisu perjalanan hidup seseorang. Perhatikan inskripsi pada nisan, tanggal lahir dan wafat, serta informasi lain yang mungkin terukir di sana. Informasi ini dapat membantu Anda melengkapi silsilah keluarga dan mendapatkan gambaran tentang rentang waktu kehidupan leluhur Anda.

Selain sejarah keluarga, mudik ke Tanah Batak juga dapat menjadi kesempatan untuk menelusuri jejak sejarah Islam di wilayah ini. Meskipun bukan agama mayoritas, Islam memiliki akar sejarah yang cukup dalam di beberapa bagian Tanah Batak. Carilah informasi mengenai masjid-masjid tua atau makam-makam tokoh Muslim yang mungkin ada di sekitar kampung halaman Anda. Kunjungi tempat-tempat tersebut dan cobalah menggali cerita tentang bagaimana Islam pertama kali masuk dan berkembang di wilayah tersebut.

Berinteraksi dengan tokoh-tokoh masyarakat atau pemuka agama setempat juga dapat memberikan wawasan berharga. Mereka mungkin memiliki pengetahuan tentang sejarah lokal, termasuk sejarah Islam, yang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah. Jangan ragu untuk bertanya dan berbagi cerita dengan mereka.

Manfaatkan juga perpustakaan daerah atau museum yang ada di sekitar kampung halaman Anda. Sumber-sumber tertulis seperti buku, jurnal, atau arsip daerah dapat memberikan informasi tambahan mengenai sejarah keluarga dan sejarah Islam di Tanah Batak.

Perjalanan mudik ini bukan hanya tentang kembali ke kampung halaman, tetapi juga tentang perjalanan kembali ke akar sejarah dan identitas diri. Dengan memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada, Anda dapat mengungkap kekayaan sejarah keluarga dan jejak-jejak Islam yang mungkin selama ini tersembunyi di Tanah Batak.

Setiap cerita yang ditemukan, setiap informasi yang dikumpulkan, akan menjadi bagian berharga dari warisan keluarga yang dapat diceritakan kepada generasi mendatang. Mudik bukan lagi sekadar tradisi rutin, tetapi juga sebuah petualangan sejarah yang memperkaya pemahaman tentang diri sendiri dan tanah kelahiran.

Oleh karena itu, bagi Anda yang memiliki kampung halaman di Tanah Batak dan berencana untuk mudik dari Jakarta, persiapkan diri untuk sebuah perjalanan yang lebih bermakna. Jadikan momen mudik ini sebagai kesempatan untuk menggali sejarah keluarga dan menelusuri jejak-jejak Islam yang mungkin tersembunyi di sana. Anda akan terkejut dengan betapa kayanya sejarah yang tersimpan di tanah leluhur Anda.

Mulailah dengan mencari informasi dari keluarga terdekat, kemudian perluas pencarian ke anggota keluarga yang lebih jauh. Jangan takut untuk bertanya dan mendengarkan cerita-cerita dari para tetua. Setiap informasi, sekecil apapun, dapat menjadi potongan penting dalam menyusun mozaik sejarah keluarga Anda.
Selain itu, jangan ragu untuk menjelajahi lingkungan sekitar kampung halaman.

Kunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah, seperti rumah adat tua, situs-situs peninggalan, atau tempat-tempat yang memiliki cerita turun-temurun. Siapa tahu, Anda akan menemukan jejak-jejak Islam yang menarik di tempat-tempat yang tidak terduga.

Dokumentasikan setiap temuan Anda. Catat informasi penting, ambil foto atau video peninggalan-peninggalan sejarah, dan kumpulkan cerita-cerita yang Anda dengar. Dokumentasi ini akan menjadi arsip berharga bagi keluarga Anda di masa depan.

Bagikan juga hasil penelusuran Anda dengan anggota keluarga lainnya. Diskusikan temuan-temuan Anda dan ajak mereka untuk terlibat dalam proses penggalian sejarah ini. Bersama-sama, Anda dapat mengungkap lebih banyak lagi tentang masa lalu keluarga dan tanah kelahiran Anda.

Mudik ke Tanah Batak bukan hanya tentang merayakan hari raya, tetapi juga tentang merayakan warisan sejarah dan budaya yang kaya. Manfaatkan momen ini untuk mempererat tali silaturahmi dengan keluarga dan sekaligus memperdalam pemahaman tentang akar jati diri Anda.

Dengan semangat ingin tahu dan ketekunan, perjalanan mudik Anda akan menjadi sebuah petualangan yang tak terlupakan, membawa Anda lebih dekat dengan sejarah keluarga dan jejak-jejak Islam di Tanah Batak. Selamat mudik dan selamat menjelajahi sejarah!

Dibuat oleh AI

Selasa, 08 November 2022

Menteri Yaman Tuduh Houthi Jadikan PNS Jadi Komponen Cadangan Militer Mirip Basij Iran

Selasa, November 08, 2022 0
Menteri Yaman Tuduh Houthi Jadikan PNS Jadi Komponen Cadangan Militer Mirip Basij Iran
Menteri Penerangan Yaman dari pemerintahan yang sah, Muammar bin Mutaher Al-Eryani, menuduh bahwa Al-Houthi mewajibkan pegawai negeri untuk menjadi komponen cadangan militer mirip Basij di Iran kalau tidak akan dipecat.

Keterangan Menteri ini memperkuat dugaan kelompok Houthi dengan memperkuat dirinya dengan kekuatan militer secara kuantitatif.


Menteri Penerangan Yaman mengkonfirmasi bahwa milisi Houthi mengeluarkan kode etik profesional, yang merupakan peraturan kolektif bagi pegawai negara.

Iran memiliki komponen militer bernama Basij yang terdiri dari relawan umum, pegawai negeri dan swasta.

Karena jumlahnya yang masif, Iran diperkirakan pernah memiliki militer sebanyak 10 juta pasukan.

Namun Basij hanya sebuah komponen cadangan dan hanya dipanggil ketika terjadi darurat negara.

Di banyak negara, komponen ini disebut juga sebagai wajib militer.

Selasa, 27 November 2018

Pesawat Boeing 737 Max 8 Diduga Bermasalah pada Sistem Barunya

Selasa, November 27, 2018 0
Pesawat Boeing 737 Max 8 Diduga Bermasalah pada Sistem Barunya
ilustrasi
PAHAE JULU -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi belum mendengar informasi soal sistem baru pada Boeing 737 Max 8, jenis pesawat digunakan oleh Lion Air PQ-LQP dengan nomor penerbangan JT 610. Sistem baru inilah yang ditenggarai berkontribusi pada insiden jatuhnya di perairan Karawang, Jawa Barat pada 29 Oktober 2018 dan menewaskan 182 penumpang dan 7 kru.

"Saya belum dengar itu, nanti kami cari tahu," kata Budi saat ditemui selepas acara Road Safety for Women: Perempuan, Ayo Berkendara Aman di Kantor Gojek, Jakarta Selatan, Selasa, 27 November 2018.

Budi menyampaikan bahwa Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih melakukan klarifikasi dan mendalami insiden ini. Informasi itu yang akan dipelajar untuk nanti diambil langkah lebih lanjut, termasuk pengenaan sanksi.

Dugaan soal sistem baru ini dilansir dalam laporan Aviation Week, sebuah media khusus penerbangan di Amerika. Aviation Week menyebutkan bahwa sejumlah pilot diketahui menemukan masalah ketika melakukan uji terbang pesawat Boeing 737 Max 8. "Mereka menemukan masalah dimana pesawat sulit dikendalikan ketika kecepatannya menurun," tulis laporan tersebut, dikutip dari laman berita The Daily Beast, Senin, 26 November 2018.

Masalah yang ditemukan oleh pilot-pilot ini merupakan indikasi bahaya yang bisa memicu terjadinya aerodynamic stall, sebuah kondisi dimana pesawat melewati titik kritis dari Angle of Attack atau AOA. Sedangkan AOA merupakan sudut antara arah laju pesawat dan arah laju udara. Akibat terjadinya hal ini, maka pesawat tidak lagi memiliki kemampuan untuk terbang lebih tinggi atau melaju dengan kecepatan normal.

Sistem baru tersebut bernama MCAS atau Maneuvering Characteristics Augmentation System. Sistem ini sebenarnya bertujuan baik yaitu untuk mencegah pesawat dari kondisi aerodynamic stall tersebut. Masalahnya, sejumlah pilot tidak menyadari bahwa MCAS ini telah dipasang di Boeing 737. Bahkan, mereka mengaku tidak pernah mendapat instruksi bagaimana menggunakan sistem baru ini.

Pilot-pilot yang dimaksud adalah pilot yang telah memiliki jam terbang lebih dari 200 jam pada penerbangan lintas kontinental. Di dalamnya, termasuk pilot-pilot dari Lion Air. "Mereka juga tidak menyadari mengapa Boeing memutuskan untuk menambahkan sistem MCAS ini," tulis laporan tersebut.

Namun untuk diketahui, Budi telah meneken Instruksi Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2018 tentang Peningkatan Keselamatan Penerbangan sejak 5 November 2018. Melalui instruksi ini, Budi meminta Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Polana Banguningsih Pramesti, melakukan langkah-langkah yang perlu diambil untuk pengenaan sanksi. Ada tiga pihak yang akan dikenai sanksi yaitu PT. Lion Mentari Airlines (Lion Air), personil penerbangan yang terkait langsung, dan tak terkecuali perusahaan Boeing Airplanes selaku produsen pesawat udara tipe Boeing 737 Max 8.

Saat dikonfirmasi, Corporate Communications Strategic Lion Air Danang Mandala Prihantoro belum bersedia menyampaikan banyak tanggapan. Tanggapan resmi soal ini akan disampaikan segera oleh Lion Air. (sumber)

Minggu, 09 September 2018

DPD RI Berharap #BatakMuslim Turut Perkuat #PersatuanBangsa #PuncakHaornas2018 #ClosingCeremonyAsianGames2018

Minggu, September 09, 2018 0
DPD RI Berharap #BatakMuslim Turut Perkuat #PersatuanBangsa #PuncakHaornas2018 #ClosingCeremonyAsianGames2018
Silaturahmi Batak Muslim 
PAHAE JULU -- Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Darmayanti Lubis menghadiri acara Silaturahmi Akbar Batak Muslim Tahun 2018. Darmayanti mengapresiasi acara tersebut untuk mempererat hubungan silaturahmi kaum perantauan di Jakarta.

"DPD menyambut baik acara ini dan berharap kaum Batak Muslim (Bamus) bisa berintegrasi, menyatu, berkontribusi, dan membangun bangsa bersama suku-suku lainnya," kata Darmayanti, saat memberi sambutan di Gedung Nusantara V Kompleks MPR/DPR/DPD RI, Sabtu, 8 September 2018.

Melalui acara yang bertema Mempererat Ukhuwah Kebangsaan, senator asal Sumatera Utara ini menjelaskan bahwa masyarakat Sumatera Utara yang beragama Islam cenderung menolak disebut 'Batak' karena khawatir akan diidentifikasi sebagai non-muslim. “Kita tetap ingin ada identitas karena bila 'Batak' selalu disebutkan bukan muslim,” ujar dia.

Ia juga berpendapat sebagai suku Batak sekaligus sebagai muslim harus menunjukkan peran kebangsaan sebagai suku pemersatu, yang tidak membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan dalam membangun bangsa dan negara.

Dia juga mengimbau sebagai muslim harus bisa menunjukkan identitas dan karakter yang dimiliki Nabi Muhammad SAW yaitu tetap rendah hati, membawa kedamaian, senang bersilaturahmi, menebar kebaikan, dan ikut mengerjakan kegiatan sosial bila diperlukan. "Batak Muslim (Bamus) akan meneladani Nabi Muhammad SAW sebagai karakter kita,” katanya.

Darmayanti pun berharap ajang tersebut menjadi sarana melahirkan gagasan-gagasan besar dan kecil untuk membangun Sumatera Utara secara nyata.

"Misalnya, kita sudah harus berpikir membuat yayasan bersama, yang dengan yayasan itu kita membangun pesantren kebangsaan atau sekolah kebangsaan yang ajarannya moderat, dan cocok buat negara kita yang majemuk,” ujar Darmayanti.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Komite I DPD RI Fahira Idris mengapresiasi lahirnya pertemuan Batak Muslim.

"Saya sangat bangga pada kegiatan sosial. Salah satunya melaksanakan pekan budaya Batak Muslim di TMII. Saya juga sangat berbahagia karena Batak Muslim setiap jumat membagikan nasi bungkus bagi yang membutuhkan,” ujar Fahira. (sumber)

Kamis, 12 Juli 2018

#Capres/Cawapres2019: Din Syamsuddin Masuk Bursa #Cawapres @Jokowi, Begini Tanggapannya

Kamis, Juli 12, 2018 0
 #Capres/Cawapres2019: Din Syamsuddin Masuk Bursa #Cawapres @Jokowi, Begini Tanggapannya
ilustrasi
PAHAE JULU -- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin merasa tersanjung namanya masuk ke dalam radar untuk menjadi calon wakil presiden.

"Alhamdulillah, ada dukungan dalam bentuk permintaan saya untuk jadi apapun juga termasuk untuk jadi cawapres atau bahkan capres, tentu sangat manusiawi kalau saya tersanjung," kata Din, Selasa (10/7).

Namun, Din mengaku sadar diri karena bukan bagian dari partai politik (parpol). "Saya tahu diri bukan orang parpol, sementara yang boleh mencalonkan itu partai atau gabungan parpol," ujar dia.

Din menjelaskan, sekarang sudah berbeda. Dulu memang dirinya salah satu petinggi di Partai Golkar dan dekat dengan partai-partai politik. Tapi kini sudah tidak lagi.

"Saya sudah keluar dari partai politik menjadi Pegawai Negeri Sipil," ujar dia.

Jadi, tidak boleh ujuk-ujuk, kasak-kusuk memasang baliho untuk mempromosikan diri.

"Saya tahu diri saya bukan orang partai politik. Kalau saya sebagai ketua umum mungkin sah. Tapi kalau nggak, janganlah," dia menegaskan.

Tetapi, Din menyatakan kesiapan jikalau memang mendapat amanat sebagai cawapers.

"Saya mengukur diri, Alhamdulillah insya Allah sanggup karena saya punya pengalaman memimpin ormas besar termasuk di MUI, termasuk di organisasi tingkat internasional sebagai presiden tokoh agama se-Asia dan juga dunia dan berbagai lain. Jadi kalau ditanya apakah saya siap sedia pasti saya jawab normatif siap sedia," tandas dia. (sumber)